Cari Blog Ini

Selasa, 20 September 2022

MATERI 1 USHUL FIQH

 Materi 1 Ushul Fiqh

Khoirul Anam, M.Pd.

 

 Latar Belakang

Dari kumpulan hukum-hukum syariat yang berhubungan dengan tindakan manusia yang diambil dari nash-nash yang ada atau pembentukan hukum berdasarkan dalil syariat yang tidak ada nash nya, terbentuklah ilmu fiqh.

Berdasarkan penelitian, para ulama telah menetapkan bahwa dalil secara detail yang dapat diambil sebagai hukum syariat yang sebangsa perbuatan itu ada empat: Al-Qur’an, As Sunnah, Al-Ijma’, dan Al-Qiyas. Dan sumber-sumber pokok dalil-dalil tersebut serta pengikat kebebasannya dan serta sebagai penerang serta penyempurna.

Dengan berbagai permasalahan baru yang makin kompleks diharapkan muncul hukum syari’at yang memberikan kebenaran serta keadilan melalui kedua ilmu kajian yang diharapkan nantinya dapat dipahami serta dimengerti oleh mahasiswa.

 

Pengertian Ushul Fiqh

Kata “ushul fiqh” terdiri dari dua kata, yaitu ushul ((اصول, yaitu sumber atau dalil dan fiqh(الفقه) , yaitu mengetahuai hukum-hukum syara’ tentang perbuatan praktis mukallaf , seperti hukum wajib, haram, mubah, sah atau tidaknya sesuatu perbuatan dan lain-lain. Orang yang mengetahui hukum-hukum itu disebut faqih, sedangkan orang yang ahli dalam ushul fiqh adalah ushulliyin.[1]

Hukum-hukum tersebut ialah bersumber pada Al-Qur’an, Hadist, Ijma’, Qiyas. Dengan demikian yang dimaksud dengan ushul fiqh ialah dasar pemahaman metodologis terhadap sumber-sumber ajaran atau dalil-dalil, yang disebut sebagai metode istinbath hukum. Istinbath sendiri artinya ialah menggali atau mengeluarkan (istikhraj), al-ahkam artinya hukum-hukum yang terkandung dalam sumber hukum, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Ilmu ushul fiqh menyelidiki keadaan dalil-dalil syara’ dan menyelidiki bagaimana cara dalil-dalil tersebut menunjukan hukum-hukum yang berhubungan dengan perbuatan orang dewasa atau mukallaf. Oleh karena itu, yang dibicarakan ushul fiqh ialah dalil-dalil syara’ dari segi penunjuknya kepadsa hukum atas perbuatan orang mukallaf.[2]

Ushul fiqh didefinisikan oleh ahli ushul dengan beragam. Ada yang menekankan pada ada fungsi ushul fiqh itu sendiri, dan ada pula yang menekankan pada hakikatnya. Namun, prinsipnya sama, yaitu ilmu pengetahuan yang objeknya dalil hukum syara’ secsra global dengan semua seluk-beluknya.

Menurut Al-Baidhawi dari kalangan ulama syafi’iyah, ushul fiqh adalah ilmu pengetahuan tentang dalil fiqh secara global, metode penggunaan dalil tersebut, dan keadaan (persyaratan) orang yang menggunakanya. Ibnu Al-Subki mendenifisikan ushul fiqh sebagai himpunan dalil fiqh secara global.

Pendapat ini dikemukakan oleh Syeh Muhammad Al-Khudhury Beik, seorang guru besar Universitas Al-Azhar Kairo. Adapun Kamalludin Ibnu Humam dari kalngan ulama hanfiyah mendefinisikan ushul fiqh sebagai pengetahuan tentang kaidah-kaidah yang dapat mencapai kemampuan dalam penggalian fiqh.

Sementara itu, Abdul Wahab Khalaf, Guru besar hukum di Universitas Kairo Mesir menyatakan “Ilmu pengetahuan tentang kaidah-kaidah dan metode penggalian hukum-hukum syara’ mengenai perbuatan manusia (amaliah) dari dalil-dalil yang terperinci atau kumpulan kaidah dan metode penelitian hukum syara’ mengenai perbuatan manusia (amaliah) dari dalil-dalil yang terperinci.[3]

Dengan demikian, ushuk fiqh adalah ilmu pengetahuan yang objeknya adalah dalil-dalil hukum atau sumber hukum dengan seluk-beluknya dan metode penggaliannya. Metode tersebut harus ditempuh oleh ahli hukum islam dalam mengeluarkan hukum dari dalil-dalilnya. Seluk-beluk tersebut antara lain menertibkan dalil-dalil dan menilai kekuatan dalil-dalil tersebut.

Sekarang ini, Istinbath hukum yang lebih relevan adalah istinbath dengan maksud syariat (roh Hukum), bahkan cenderung menggunakan kaidah fiqhiyah, seperti yang dilakukan o;eh para perumus Kompilasi Hukum Islam di Indonesia. Dalam merumuskannya, mereka mengacu pada kaidah-kaidah fiqhiyah sebagai suatu kerangka teori.

 



[1] Hanafi, Ushul Fiqh, (Jakarta: Widjaya, 1989), 13.

[2] Ibid.,

[3] Abdul Wahab Kholaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Pustaka Amani, 2003), 12.

Sabtu, 27 Agustus 2022

METODE BERCERITA ANAK USIA DINI

 A. HAKIKAT METODE BERCERITA

1. PENDAHULUAN
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang
lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk
pesan,informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa
menyenangkan oleh karena orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikan dengan
menarik .Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak ia mengerti akan
peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya merekam beberapa kabar berita
masa pada usia 4-6 tahun.
Dr.Abdul Aziz dan Abdul Majid (2002:16) dalam bukunya ‘’Mengajarkan anak lewat
ceritya ‘’mengatakan’’ sebagai dari cerita-cerita yang ada, meliputi beberapa unsur yang
negatif. Hal ini dikarenakan pembawaan cerita tersebut tidak mengindahkan nilai estetika dan
norma’’. Mungkin dengan cerita si anak akan melakukan hal-hal buruk karena semua
informasi dan peristiwa yang terckup dalam sebuah cerita akan berdampak sekali dalam
pembentukan akal,dan norma seorang anak,baik dari segi budaya,imajenasi maupun bahasa
kesehariaanya.
Seorang anak mempunyai potensi untuk segala hal lebih cepat sehingga lebih mudah
membentuk dan mengarahkan dirinya.hal tersebut sesuai dengan Tujuan Program Kegiatan
Belajar Taman Kanak-kanak, (Depdiknas,PKB TK GBPKB TK 1996) yaitu untuk
‘’melakukan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya cipta
yang ddiperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk
pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya’’.
Pendidikan taman kanak-kanak harus dapat berusaha semaksimal mungkin untuk
dapat menciptakan situasi pembelajaran yang dapat mengembangkan seluruh potensi anak
termaksud pengembangan bahasa. Menurut Piaget (Tanpubolon,1991) “sejak lahir hingga
dewasa pikiran anak melalui berkembangan melalui jenjang-jenjang berperiode sesuai
dengan tingkatan kematangan anak itu secara keseluruhan dengan interaksi-interaksinya
dengan lingkunganya’’.
Jenjang-jenjang yang sesuai dengan tahap perkembangan anak TK adalah sebagai berikut :
1. Jenjang sensorimotorik, sejak lahir hingga 18\24 Bulan dalam mendekati akhir priode ini
sesudah bahasa anak mulai tumbuh pikiran dimaksud juga mulai tumbuh
2. Jenjang properasional:18\24 hingga 6\7 tahun dengan ciri dalam perkembangan kemampuan
berfikir dengan bantuan simbol-simbol (lambang-lambang).
Untuk kegiatan pendidikan di taman kanak-kanak bercerita adalah kegiatan yang
dilakukan oleh guru kepada anak didik untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan
menarik. Bercerita dapat dilakukan dihadapan anak didik itu sendiri atau anataranak didik
dengan orang dewasa,bahkan dapat menggunakan media audio visual.
2. PENGERTIAN METODE BERCERITA
Metode bercerita adalah penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara
lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Taman Kanak-kanak. Oleh karena itu
materi yang disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya hubungan erat dalam
kesatuan yang utuh, maka cerita tersebut harus dipersiapkan terlebih dahulu. Pada dasarnya,
metode bercerita ini padanan dari metode ceramah, dengan kata lain untuk anak usia dini

Taman Kanak-kanak dipergunakan istilah metode cerita sedangkan untuk anak usia sekolah
dan orang dewasa menggunakan istilah metode ceramah.
3. TUJUAN BERCERITA
Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu mendengarkan
dengan seksama terhadap apa yang disampaikan ornag lain,anak dapat bertanya apabila tidak
memahaminya,anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat menceritakan dan
mengekpresikan terhadap apa yang didengar dan diceritakanya, sehingga hikmah dari isi
cerita dapat dipahami dan lambat laun di dengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan di
ceritakanya kepada orang lain.
4. FUNGSI BERCERITA
Menurut prof.Dr Tampubolon, (1991:50), “Bercerita kepada anak memainkan
permainan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi
juga dalam mengembangkan bahasa dan fikiran anak” Dengan demikian, fungsi kegiatan
bercerita bagi anak 4-6 tahun adalah membantu perkembangan bahasa anak. Dengan bercerita
pendengaran anak dapat difungsikan dengan baik untuk membantu kemampuan
bercerita,dengan menambah pembendaharaan kosakata, kemampuan mengucapkan kata-kata,
melatih merangkai kalimat sesuai dengan tahap perkembanganya.Rangkaian kemampuan
mendengar ,berbicara, membaca, menulis, dan menyimak adalah sesuai dengan tahap
perkembangan anak, karena tiap anak berbeda latar belakang dan cara belajarnya.
5. MANFAAT METODE BERCERITA
1. Melatih daya serap atau daya tangkap anak TK
2. Melatih daya fikir anak
3. Melatih daya konsentrasi anak TK
4. Mengembangkan daya imajenasi anak
5. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasan hubungan yang
akrab sesuai dengan tahap perkembanganya
6. Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien
sehingga proses percakapan menjadi komunikatif.
6. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE BERCERITA
Kelebihanya antara lain:
1. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak
2. Waktu yang disediakan dapat dimanfaatkan dengan efektif dan efisien
3. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana
4. Guru dapat menguuasai kelas dengan lebih mudah
5. Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya
Kekuranganya antara lain:
1. Anak didik menjadi fasif,karena lebih banyak mendengarkan atau menerima penjelasan dari
guru
2. Kurang merangsang perkembangan kreativitas dan kemampuan siswa untuk mengutarakan
pendapatnya
3. Daya serap atau daya tangkap anak didik berbeda dan masih lemah sehinggasukar memahami
tujuan pokok isi cerita
4. Cepat menumbuhkan rasa bosan terutama apabila penyajianaya tidak menarik
7. IMPLEMENTASI PENERAPAN METODE BERCERITA PADA PENGEMBANGAN
BAHASA DI TK

Implementasi metode bercerita di taman kanak-kanak berdasarkan kemampuan yang
diharapkan dicapai dalam pengembangan bahasa, kegitan bercerita dapat pula
mengembangkan bahasa lainya setelah anak mendengarkan cerita, atau mengulang cerita
yang telah diceritakan oleh guru atau setelah ia mendengar cerita dari kaset melalui tape
recorder, dapat juga setelah menonton kegiatan bercerita di VCD. Perlu anda ingat kembali,
bahwa pada uraian nomor kode yang ditebalkan adalah kemampuan daya cipta yang harus
dikembangkan pada pengembangan bahasa ditaman kanak-kanak.
8. ISI CERITA DI TAMAN KANAK-KANAK
Isi cerita ditaman kanak-kanak biasanya mengandung nilai-nilai yang mengarah
kepada pengembangan emosional,sosial dan seperitual anak.Isi cerita dapat pula berupa
pengetahuan bagi anak, misalnya tentang pertumbuhan tanaman dan proses
perkembangbiakan binatang maupun yang lainya.Sesuai dengan tahap perkembangan anak
baik, bahasa, media dan langkah-langkah pelaksanaanya, agar lebih efektif, komunikatif dan
menyenangkan bagi anak.
9. ALAT ATAU MEDIA METODE BERCERITA DI TAMAN KANAK-KANAK
Menurut Hi,Titi Surtiati dan Sri Rejeki,1991:1 Media Pendidikan dalam pengertian
yang luas adalah semua benda, tindakan atau keadaan yang sengaja diusahakan\diadakan
untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Taman Kanak-kanak dalam rangka dan tujuan.
Sedangkan sarana adalah merupakan media pendidikan untuk mencapai tujuan yang
dimaksud. Salah satu dari sarana tersebut adalah alat peragaan atau alat bermain. Untuk alat
atau benda langsung memperhatikan kebersihan, keamanan dan kemudahan bagi guru
maupun untuk anak saat mempergunakan.Untuk media tiruan gambar atau benda harus
memiliki nilai seni gambar untuk anak usia TK.
10. BENTUK-BENTUK BERCERITA
Bentuk-bentuk metode bercerita tersebut terbagi dua yaitu:
1. Bercerita tanpa alat peraga
2. Bercerita dengan alat peraga
Bentuk bercerita dengan alat peragaan terbagi dua yaitu:
1. Bercerita dengan alat peragaan langsung
2. Bercerita dengan alat peraga tak langsung\benda tiruan
11. TEKNIK PELAKSANAAN BERCERITA
Petunjuk teknis pelaksanaan yang jelas bagi guru agar pesan moral atau pesan
pengetahuan yang disampaikan melalui cerita dapat diterima oleh anak didik TK. Teknik
pelaksanaan bercerita tanpa alat dan dengan alat akan bersama-sama ada pelajari dengan
bentuk-bentuk bercerita.

B. KEGIATAN BERCERITA TANPA ALAT PERAGA
Pendapat piaget tentang perkembangan pikiran anak pada jenjang praoperasional yang
terjadi pada usia 18/24 bulan hingga 6/7 tahun yaitu terdapat ciri perkembangan yang khas
dalam periode ini ialah berkembangnya kemampuan berpikir dengan bantuan simbol-simbol
atau (lambang-lambang) menurut Prof.Dr.Tampubolon, 1993:2.
1. PENGERTIAN BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA
Ketentuan kegiatan bercerita tanpa alat ini adalah kemampuan guru secara penuh
dalam hal, hafal isi cerita, vokal atau suara yang jelas, tenang dan tempo yang baik, intonasi
bicara, gaya bahasa, mimik atau ekspresi muka dan panto mimik atau keterampilan gerak
tubuh yang menyenangkan bagi anak TK untuk mendengarkan dan memperhatikan guru
bercerita.
2. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BERCERITA TANPA ALAT PERAGA
Kelebihannya adalah :
1. Anak dilatih untuk belajar konsentrasi.
2. Anak belajar menjadi pendengar yang baik.
3. Anak belajar berfantasi terhadap objek yang tidak nyata.
4. Anak belajar dan menyimak dan membaca apa yang diperagakan guru.
5. Anak belajar mengingat apa yang deceritakan oleh guru.
Kekurangannya adalah :
1. Guru terkadang malas berekpresi sebaik-baiknya sehingga mempengaruhi daya pikir dan
fantasi anak.
2. Tidak semua anak memiliki motivasi atau kemampuan tersebut.
3. Karena latar belakang yang dimiliki anak satu dengan yang lainnya yang berbeda adakalanya
anak merasa jenuh duduk berlama-lama dengan memperhatikan 1 objek.
4. Anak pasih menahan banyak hal yang ia ingin ketahui untuk ditanyakan ketika guru
bercerita.
5. Anak tidak mampu menyerap fantasi ekspresi dan gerakan guru ketika bercerita.
6. Menjadi terlalu verbal, sehingga tatkala guru berbicara ada kata-kata yang tidak mengerti
anak sehingga anak kurang paham alur ceritanya, bahkan dapat terjadi anak dapat mengerti
kata-kata, tetapi tidak tahu bentuk bendanya.

3. STRATEGI PELAKSANAAN BERCERITA TANPA ALAT
Kegiatan bercerita ini dapat dilaksanakan didalam maupun diluar kelas dengan jumlah
anak didik yang tidak terbatas, namun sebaiknya 25 anak. Waktu bercerita kurang lebih 10
sampai 15 menit.
Langkah-langkah pelaksaan kegiatan bercerita tanpa alat berikut ini :
1. Dengan bernyanyi, diiringi musik atau melalui permainan anak dikondisikan oleh Anda agar
dapat mengatur posisi tempat duduknya, dalam kegiatan ini dikembangkan sikap toleransi
dengan teman agar anak dapat duduk dengan nyaman dan melihat guru yang sedang
bercerita.
2. Selanjutnya mulailah anda melakukan apersepsi dengan percakapan yang dapat memotivasi
anak untuk mendengarkan dan memperhatikan cerita anda, percakapan diarahkan ke isi cerita
dan menyebutkan judul cerita. Anda dapat memperkenalkan atau memperhatikan media yang
ada dalam cerita walaupun tidak akan digunakan saat bercerita, agar anak tidak verbalisme.
3. Beri kesempatan anak untuk menyebutkan kembali judul cerita atau kurang lengkap
menyebutkannya, hendaknya Anda tidak menyalahkan, namun mencoba memperbaiki dengan
bersama anak-anak seluruhnya.
4. Ketika situasi anak sudah tenang dan nyaman siap mendengarkan cerita maka Anda mulai
bercerita dengan mimik dan pantonim Anda. Apabila ketika Anda sedang bercerita tiba-tiba
ada seorang anak bertanya, maka Anda dapat menjawab pertanyaan tersebut secara singkat
lalu mengajak anak untuk mendengarkan kembali cerita tersebut sampai selesai.
5. Selesai bercerita, Anda dapat melakukan evaluasi isi cerita dalam bentuk pertanyaan atau
peragaan, yang dapat anak jawab atau ragakan.
6. Selanjutnya Anda menyimpulkan isi cerita tersebut. Agar isi cerita dapat dipahami dan
dimengerti anak, selanjutnya dapat diambil hikmahnya, oleh anak didik pesan dari isi
tersebut.
7. Akhirnya dengan kemampuan berbahasa yang anak dimiliki berilah ia kesempatan untuk
menceritakan kembali atau menyimpulkan cerita yang baru saja ia dengarkan atau perhatikan
saat Anda bercerita.

C. BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA
Untuk bercerita dengan alat dapat dikembangkan pula pada jenjang ke-1 dalam
perkembangan pikiran anak menurut Piaget (Tampubolon, 1991:3) yaitu jenjang
Sensorimotoris yang berkembang sejak lahir hingga 18/24 bulan. Ada tiga perkembangan
pikiran yang dapat dikatakan khas pada periode ini, khususnya dalam bagian-bagian terakhir
yaitu: (1) perkembangan persepsi tentang ketetapan eksistensi objek-objek, yaitu,
pemahaman tentang adanya suatu objek terpisah dan lain dariobjek-objek lainnya; (2) mulai
berkembangnya kesadaran kan hubungan sebab-akibat; dan (3) mulai berkembang bahasa dan
pikiran sesungguhnya.
Sesuai dengan yang dikatakan oleh Bruner (Tampubolon, 1991:11) berkenaan dengan
perkembangan pikiran anak yang dikaitkan dengan perkembangan bahasa anak. Ialah “Anak
memahami dunia sekitarnya denagn tiga tingkatan Modus Pewakilan Pemikiran yaitu tiga
cara pemikiran yang menggambarkan (dalam arti memahami) pengertian tentang objek-objek
yang diamati didunia sekitar. Ketiga tingkata Modes Pewakilan Pemikiran tentang tersebut
yaitu:
1. Modus Enaktif
2. Modus Ikonis
3. Modus Simbolis
1. PENGERTIAN BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA
Kegiatan bercerita dengan menggunakan media atau alat pendukung isi cerita yang
disampaikan artinya Anda menyajikan sebuah cerita pada anak TK dengan menggunakan
berbagai media yang menarik bagi anak untuk mendengarkan dan memperhatikan ceritanya.
Alat atau media yang digunakan hendaknya aman, menarik, dan dapat dimainkan oleh guru
maupun anak dan sesuai dengan tahap perkembangan anak. Alat atau media yang digunakan
dapat asli atau alami dari lingkungan sekitar, dan dapat pula benda tiruan atau fantasi.
2. TUJUAN BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA
Agar anak dapat menanggapi secara tepat terhadap isi cerita yang sedang disampaikan
guru. Dengan alat peraga sebagai pendukung cerita membantu imajinasi anak untuk
memahami isi cerita.
3. FUNGSI BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA
Fungsi bagi anak adalah sebuah cerita akan menarik untuk didengarkan dan
diperhatikan apabila menggunakan alat peraga.
Fungsi bagi guru adalah terasa lebih ringan dalam menyampaikan cerita karena terbantu oleh
peran alat atau media yang digunakan.
4. BENTUK-BENTUK BERCERITA DENGAN ALAT PERAGA
Bentuk-bentuk bercerita dengan alat terbagi dua bagian:
1. Bercerita dengan alat peraga langsung
Yaitu guru bercerita dengan mempergunakan alat peraga langsung apakah sebuah
benda misalnya tas, atau makhluk hidup yang nyata misalnya binatang peliharaan atau
tanaman.
Dalam bercerita dengan alat peraga langsung terdapat ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Isi cerita sesuai dengan tahap perkembangan anak dan media yang digunakan
b. Menggunakan gaya bahasa anak
c. Alat atau media yang digunakan tidak membahayakan bagi guru maupun bagi anak didik
d. Alat atau media yang digunakan dapat tersimpan dalam satu tempat atau dapat dipegang
langsung oleh guru dan anak.
Langkah-langkah bercerita dengan alat peraga langsung adalah sebagai berikut:
a. Anak memperlihatkan Anda menyiapkan alat peraga yang diperlukan
b. Anak memperhatikan penjelasan Anda secara singkat tentang alat peraga tersebut
c. Anak termotivasi untuk mendengarkan cerita
d. Anak diberi kesempatan untuk member judul cerita
e. Anak mendengarkan judul cerita yang sebenarnya dari Anda
f. Anak mendengarkan guru bercerita sambil memegang alat tersebut
g. Setelah selesai bercerita Anda memberikan kesempatan pada anak untuk memberikan
kesimpulan cerita tersebut
h. Anda melengkapi kesimpulan isi cerita dari anak
i. Anda menjelaskan kegiatan evaluasi dengan bertanya tentang isi cerita, tokoh cerita, isi
gambar, dan member kesempatan bagi anak untuk menceritakan kembali serta member
kesempatan bagi anak untuk bertanya.
Kelebihan dari bercerita dengan alat peraga adalah anak dapat melihat objek yang
nyata yang dapat diamati langsung. Kelemahannya adalah harus selalu siap medianya dan
terjaga keamanannya.

2. Bercerita dengan alat peraga tak langsung atau benda tiruan
Yaitu kegiatan bercerita dengan mempergunakan alat peraga tiruan seperti tiruan
buah, sayur, binatang dan benda-benda yang akan diceritakan. Namun benda-benda tiruan
tersebut hendaknya proporsi bentuk dan warna sesuai dengan benda aslinya.
Kegiatan bercerita dengan alat peraga tak langsung adalah sebagai berikut:
a. Bercerita dengan gambar
b. Bercerita dengan kartu
c. Bercerita dengan papan flannel
d. Bercerita dengan buku cerita
e. Bercerita dengan boneka
f. Bercerita sambil menggambar
Kelebihan dari bercerita dengan alat peraga tak langsung adalah membantu anak
berfantasi dan imajinasi karena ada media pendukung yang dapat dilihat secara langsung.
Kelemahan dari bercerita menggunakan alat peraga tak langsung adalah pada alat
peraga tak langsung atau menggunakan benda tiruan, apabila pembuatannya memberikan
nilai seni dan keindahan serta mirip dengan aslinya maka dapat membantu imajinasi anak,
namun apabila alat tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan maka kemungkinan akan
mengaburkan imajinasi anak TK.
5. PERBEDAAN ERCERITA TANPA ALAT DAN BERCERITA DENGAN ALAT
Berdasarkan pendapat Bruner tentang jenjang Modus Perwakilan Pemikiran anak
yang dikaitkan dengan perkembangan bahasa, pada dasarnya anak secara bertahap
mengembangkan kemampuan kerfikir dan bahasanya dari menggunakan symbol-simbol
untuk memahami suatu hubungan sebab-akibat dari suatu objek menjadi mampu berpikir
abstrak, logis dan bernalar maka jelas bahwa perbedaannya adalah bercerita dengan alat
adanya media sebagai objek yang dapat dilihat anak yang dapat membantu daya nalar anak,
sedangkan bercerita tanpa alat menggambarkan daya konsentrasi anak untuk memperlihatkan
isi cerita dari guru membawakan cerita tersebut.

Perkembangan Motorik Anak

 Setiap orang tua pasti mendambakan anaknya agar dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Terdapat beberapa tahap perkembangan pada Si Kecil, salah satunya adalah perkembangan motorik. Perkembangan motorik anak merupakan salah satu aspek yang perlu Bunda perhatikan agar anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.

Dalam tulisan ini, Bunda akan belajar tentang apa saja tahap perkembangan motorik, contoh-contohnya, serta bagaimana melatih hal tersebut. Mari kita mulai.



Apa itu Perkembangan Motorik Anak dan Mengapa Penting?

Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak. Pada dasarnya, perkembangan motorik anak sejalan dengan kematangan saraf dan ototnya, sehingga setiap gerakan merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.

Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua, yaitu motorik kasar dan halus.

  • Motorik kasar adalah gerakan yang dilakukan anak dengan melibatkan kelompok otot-otot besar, seperti lengan, kaki, betis, atau seluruh tubuh anak. Contoh gerakan motorik kasar anak adalah merangkak, berlari, melompat, melempar, dan lainnya.
  • Sementara itu, motorik halus adalah gerakan yang melibatkan otot-otot kecil dalam tubuh anak, seperti tangan, jari, dan pergelangan tangan. Contoh gerakan motorik halus anak adalah mencoret kertas, menggambar, menggoyangkan jempol, dan menyusun balok menjadi menara. Selain motorik, kegiatan ini juga termasuk dalam perkembangan kognitif balita.

Perlu diketahui bahwa perkembangan motorik setiap anak tidak sama, tetapi tergantung pada proses kematangan masing-masing anak. Hal ini penting untuk diperhatikan agar segala keterlambatan atau gangguan pada perkembangan motorik anak bisa segera terdeteksi dan dikoreksi. Keterlambatan yang tidak diperhatikan bisa saja akan berpengaruh ke perkembangan motorik kasar dan halus lainnya.

Mengapa perkembangan motorik sangat penting? Setidaknya ada beberapa alasan, di antaranya:

  • Mampu meningkatkan perkembangan kognitif (kecerdasan) anak
  • Membangun rasa percaya diri dan kemandirian pada anak
  • Meningkatkan tingkat fokus anak terhadap suatu objek
  • Mampu merangsang kreativitas dan imajinasi yang luas
  • Membantu mempererat hubungan orangtua dan anak

Tahapan Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

Perkembangan motorik anak terbagi ke dalam beberapa tahapan usia, yaitu:

1. Usia 0-3 Bulan

Ketika memasuki usia 3 bulan, Si Kecil akan belajar untuk mengangkat kepala dan dadanya dari lantai. Pada usia ini, Si Kecil masih menggenggam erat jemarinya. Untuk melatih motorik halusnya, Bunda dapat memberikan benda yang dapat digenggam Si Kecil, memberikan sentuhan halus pada jarinya, atau menyilangkan tangan Si Kecil untuk menguatkan otot lengannya.

2. Usia 4-6 Bulan

Pada usia ini, Si Kecil mulai bisa memiringkan badannya ke kanan dan kiri, tengkurap, menggulingkan badan, serta menggunakan tangan untuk membantunya duduk. Sementara itu, Si Kecil akan mulai mengeksplorasi mainan dengan menggenggam serta menggapainya, dan hal ini menunjukkan perkembangan motorik halus Si Kecil.

3. Usia 7-9 Bulan

Si Kecil sudah terlihat lebih kuat dengan kemampuan meraih mainan sendiri tanpa jatuh. Selain itu, Ia sudah bisa merangkak, duduk, dan belajar berdiri sendiri. Sementara motorik halusnya terus berkembang dengan kemampuan menggapai mainan dengan dua tangan, serta mengambil benda yang lebih kecil dengan ibu jari dan jari telunjuknya.

4. Usia 10-12 Bulan

Pada rentang usia 10-12 bulan, motorik kasar Si Kecil semakin meningkat, yang dimana ia sudah pandai berdiri dan melangkahkan kaki untuk belajar berjalan. Selain itu, ia juga sudah mampu duduk tanpa topangan di belakangnya dan memutar kepala tanpa kehilangan keseimbangan.

Sedangkan tanda berkembangnya motorik halus Si Kecil dapat Bunda lihat dari cara Si Kecil mempertahankan keseimbangan dengan posisi duduknya, saat ia melempar bola, dan bertepuk tangan.

5. Usia 1-2 Tahun

Di usia ini, motorik kasar Si Kecil terus berkembang, yang dimana ia sudah mampu berjalan dengan baik, berjalan mundur, naik tangga, menarik dan mendorong benda berat, serta berdiri di kursi tanpa pegangan. Begitu juga dengan kemampuan motorik halusnya, Si Kecil sudah dapat menyusun menara dari balok, mencoret-coret, dan belajar melepas pakaiannya.

6. Usia 2-3 Tahun

Pertumbuhan fisik Si Kecil semakin kuat di usia ini. Dan motorik kasar Si Kecil terus meningkat, yang ditunjukkan dengan kemampuannya dalam menaiki tangga, menendang bola, membuka dan memakai pakaian sendiri, memungut dan membawa benda kecil dengan mudah.

Selain itu, kemampuan motorik halusnya juga semakin berkembang, yang dimana ia sudah dapat menggunting kertas, membuat lingkaran serta mencoret sesuai keinginan, dan banyak lainnya.

7. Usia 3-4 Tahun

Pada usia ini Si Kecil sudah bisa berjalan dengan mengayunkan tangan, mampu menuruni tangga dengan dua kaki. Selain itu, peningkatan motorik kasar Si Kecil ditunjukkan dengan kemampuannya dalam berdiri di salah satu kaki selama 5-10 detik, melompat, dan memanjat.

Sementara itu, motorik halus si Kecil pun ikut menunjukan kemajuan, yang dimana Si Kecil sudah pandai meronce, menyusun puzzle, dan menuangkan cairan ke dalam botol dengan hati-hati, serta banyak lainnya.

Cara Menstimulasi Perkembangan Motorik Anak

Kendati Si Kecil secara bertahap akan melalui fase-fase perkembangan motorik, Bunda yang ikut mendampingi pasti akan menambah rasa percaya diri dan kasih sayang dalam diri Si Kecil. Ada beberapa cara yang bisa Bunda lakukan untuk menstimulasi motorik Si Kecil, yaitu:

1. Melatih Tengkurap

Salah satu cara untuk menstimulasi perkembangan motorik kasar Si Kecil adalah dengan melatih Si Kecil untuk tengkurap. Pada usia 6 minggu hingga 1 bulan, Bunda harus menahan bagian kepala dan leher ketika menggendong Si Kecil.

Sekitar usia 1-3 bulan, sesekali membalikkan badan Si Kecil atau membuatnya tengkurap untuk melatih kekuatan otot lehernya. Selain itu, Si Kecil akan belajar mengangkat kepala dan dada bertumpu pada kedua tangannya dan dengan sendirinya ia akan belajar tengkurap. Gerakan ini diperlukan untuk melatih otot-otot leher Si Kecil.

2. Melatih Merangkak

Selain tengkurap, Bunda juga dapat menstimulasi perkembangan motorik kasar Si Kecil dengan melatihnya untuk merangkak. Setelah Si Kecil mulai belajar tengkurap, di usia sekitar 6 bulan, Si Kecil akan mulai mencoba berguling-guling dan merangkak agar bisa berpindah tempat.

Bunda bisa mendorong atau menstimulasinya dengan memperlihatkan mainan agar Si Kecil tertarik menghampiri sambil merangkak. Tempatkan pula bantal sebagai penghalang untuk melatih ketangkasan dan rasa percaya diri Si Kecil ketika merangkak.

3. Melatih Duduk

Cara untuk menstimulasi perkembangan motorik kasar anak selanjutnya adalah melatih Si Kecil untuk duduk. Tahapan melatih duduk pada Si Kecil di sekitar usia 4-7 bulan, tepatnya saat Si Kecil sudah bisa berguling-guling dan menahan kepala dengan kuat. Di usia 8 bulan, bahkan Si Kecil sudah mampu duduk sendiri tanpa bantuan.

Untuk melatih posisi duduk, Bunda bisa meletakkan mainan di lantai, lalu mainan diangkat sehingga Si Kecil mendongakkan kepala mengikuti gerakan tangan ibu. Selain itu, Bunda juga dapat mendudukkan Si Kecil, kemudian tempatkan mainannya di sekitar Si Kecil tetapi di luar jangkauannya, sehingga ia akan mencoba meraih mainan tersebut.

4. Melatih Berjalan

Salah satu cara untuk menstimulasi perkembangan motorik kasar anak yang terakhir adalah dengan melatih Si Kecil untuk berjalan. Ketika Si Kecil sudah usia 9-12 bulan, maka ia akan belajar melangkah untuk pertama kali. Sebelum berjalan, pada usia 8 bulan Si Kecil akan mencoba fase berdiri dengan berpegangan pada benda-benda yang berada di sekitarnya.

Bunda dapat melatih Si Kecil dengan cara memegang kedua tangannya atau memberi alat bantu berjalan seperti mainan yang bisa didorong dan sejenisnya. Ajari pula Si Kecil untuk menekuk lutut agar ia bisa mencoba duduk kembali usai berdiri atau berjalan. Si Kecil akan mulai berdiri ketika kakinya sudah kuat menopang tubuhnya saat berjalan.

Demikianlah tahapan perkembangan motorik anak berdasarkan usianya dan cara untuk menstimulasi motoriknya. Selain itu, perlu Bunda ketahui bahwa jika motorik kasar Si Kecil terus berkembang, maka secara tidak langsung motorik halusnya juga berkembang.

Meski demikian, Bunda juga perlu menstimulasi motorik halus Si Kecil, supaya jemarinya dapat berfungsi dengan baik. Jangan lupa untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Si Kecil agar ia dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.